AKU
SAYANG KAKAK
Ayahku pegawai yang bekerja di luar kota,
sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga. Aku adalah anak kandung satu-satunya
dari ayah dan ibuku. Tapi, sebelum aku lahir, ayah dan ibuku sudah mengadopsi
anak. Ibu dan ayah tidak membeda-bedakan aku dengan kakakku karena menurut mereka
semua anak adalah sama. Kakak angkatku bernama Chika. Orangnya sangat baik dan
penyayang.
***
Tingtong...
tingtong... tingtong...
Bunyi
bel di rumahku terdengar ketika aku sedang di kamar tidurku. Ketika itu, aku
sedang bersih-bersih meja belajar. Aku segera menuju pintu untuk membukakan
pintu rumah karena ibu dan kakakku sedang memasak di dapur.
“
Wah, ayah pulang!” ucapku gembira. Setiap ayah pulang dari luar kota, ayah
selalu membawa oleh-oleh untukku dan kakakku.
“
Ibu..., Kakak..., ayah pulang!” ucapku sambil berteriak gembira.
Ibu
dan kakakku segera menghampiri aku dan ayah yang masih berada di depan pintu
rumah.
“Wah,
ayah sudah pulang!” ucap kakakku.
“Iya
Kak, ayah pulang lebih cepat dari biasannya,” jawabku samabil tertawa kecil.
Aku
dan kakak membawa koper ayah.
“Wah,
pasti ayah membawa oleh-oleh nih!” ucapku.
“
Iya Dik, ayah sepertinya membawa oleh-oleh banyak,” ucap kakakku yang berada di
sampingku.
Kami
makan bersama karena ibu dan kakak membuat makanan kesukaan keluarga kami
Karena Selera makan kami sama. Setelah makan, kami berkumpul di ruang keluarga.
“
Ayah, oleh-olehnya buatku mana?” tanyaku kepada Ayah yang sedang duduk sambil
melihat televisi.
“
Iya, itu di dalam koper Ayah” jawab Ayah.
Lalu
Aku segera mengambil koper Ayah dan membawanya ke Ruang Keluarga untuk dibuka
bersama. Tenyata Ayah hanya membawakan oleh-oleh baju dan sepatu untuk Kakak.
“Ayah,
lalu baju untukku mana?”
“Di
dalam koper sayang,” balas ayah.
“Di
dalam koper hanya ada baju dan sepatu besar. Ini pasti untuk kakak! Lalu untukku
mana, Ayah?” tanyaku lagi kepada ayah.
“Oh
Iya, Ayah lupa sayang, kemarin Ayah cepat-cepat karena Ayah ditunggu pimpinan Ayah,”
jawab ayah lagi.
“
Ah, Ayah gak asik!” ucapku sambil pergi menuju kamar karena kecewa.
“Nanti kalo Ayah ada tugas keluar kota lagi, Ayah
pasti belikan yang banyak untukmu sayang... tapi kemarin Ayah benar-benar lupa
sayang...,” balas Ayah sambil berteriak karena aku pergi menuju kamar tidurku.
“Terserah
Ayah saja, aku juga gak butuh gituan!” jawabku sambil kesal kepada ayah.
Di
dalam kamar aku merasa sedih dan kecewa kepada Ayah, kenapa hanya kakak yang
dibelikan oleh-oleh. Kenapa aku tidak dibelikan. Waktu itu aku mengunci kamar
sampai pagi.
Untung saja pagi itu adalah hari Minggu. Jadi,
aku tidak perlu repot pergi ke sekolah. Saat sarapan pagi, aku tidak keluar
dari kamarku karena aku masih marah dengan keadaan yang kemarin. Kakakku
mengetuk pintu kamarku untuk mengajakku makan bersama. Tapi, aku hanya diam.
“Adik,
ayo kita makan bersama. Ayah dan Ibu sudah menunggu kita di ruang makan. Kita
tunggu di ruang makan ya, Dik? Buruan dik!” ucap kakak sambil pergi menuju
ruang makan.
Aku
tidak menjawab ucapan kakak.
Beberapa
menit aku ditunggu oleh ayah,ibu dan kakak. Tapi, aku tetap tidak keluar dari
kamar. Akhirnya, mereka makan duluan.
“
Kak, Adik mana kok belum keluar?” tanya ibu kepada kakak.
“
Tadi udah Kakak bangunin Bu.” balas kakak.
“
Ya sudah, nanti Adik dilihat ya, Kak!” ucap ayah kepada kakak.
“
Iya, Ayah,” balas kakak.
Setelah
selesai, kakak menghampiriku di kamar tidurku.
Toktoktok...
“Dik,
Kakak boleh masuk?” tanya kakak.
Berhubung
aku tidak menjawab pertannyaan kakak, kakak langsung membuka pintu kamarku karena
waktu itu aku lupa mengunci pintu kamarku. Kakak menghampiriku.
“Dik,
kenapa tadi kok gak ikut makan sih? tadi Adik ditunggu Ayah loh... Adik marah
ya kemarin tidak dibelikan oleh-oleh sama Ayah?” ucap kakak.
“
Iya, Adik kecewa kenapa hanya Kakak yang diberi oleh-oleh sama ayah!” balasku.
“
Oh, masalah itu ya? Kalau gitu oleh-oleh Kakak buat Adik aja deh,” ucap kakak
dengan senyuman manis.
“Ah,
enggak usah Kak, itukan punya Kakak, itu juga enggak muat buat aku. Itu terlalu
besar untuk aku pakai,” balasku.
Lalu
kakak merangkulku.
“Aku
sayang kamu, Dik!” ucap kakak padaku.
“Aku
juga sayang, Kakak!” balasku.
Setelah
itu aku kembali dan tidak marah kepada semuanya lagi. Tapi, hari demi hari ayah
dan ibu mulai berbeda. Ayah dan ibu membedakan aku dengan kakakku. Mereka lebih
perhatian dan memanjakan kakakku. Saat itu juga aku mulai membenci kakakku. Aku
iri dengan kakak yang selalu dimanja oleh ayah dan ibu. Setiap kakak berbicara
kepadaku, aku selalu menghindar dan hubunganku dengan kakak semakin jauh. Saat
aku berada di kamar dan sedang membaca komik, kakakku menghampiriku.
“Adik,
Kakak boleh bertanya?” ucap kakak.
Aku
hanya diam sambil asyik membaca komik. Akhirnya kakak mengganguku yang sedang
asyik membaca komik.
“Ih
Kakak, kenapa sih kalo tanya langsung tanya aja gak usah ganggu Adik segala!”
jawabku sambil marah.
“
Adik akhir-akir ini kenapa sih kok menghindar dari Kakak?” tanya kakak
kepadaku.
“Siapa
yang menghindari Kakak?” balasku.
“Adik
jangan bohongin Kakak dong... Adik marah sama Kakak?” tanya kakak lagi.
“Ah,
pikir aja sendiri, Kak! Adik benci Kakak!” ucapku sambil meninggalkan kakak.
Aku
langsung pergi ke rumah temanku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Hanya
beberapa menit aku bermain karena Aku bosan. Lalu, Aku kembali pulang dan masuk
ke kamar tidurku. Ternyata, kakakku masih berada di kamarku sambil tidur.
“
Kakak... kenapa Kakak nggak tidur di kamar sendiri sih?” tanyaku dengan kesal.
Aku
membangunkan kakakku. Tapi, kakakku nggak juga bangun.
Lalu
aku memanggil ayah dan ibu.
“Ibu...
Ayah... Ayah...” teriakku kepada ayah dan ibu.
Lalu
ibu dan ayah segara menuju kamarku.
“Ada
apa Nak panggil Ayah dan Ibu sambil teriak kencang seperti itu?” tanya ayah.
“Itu...
itu... kakak kenapa? Udah Adik bangunin tapi kakak gak bangun-bangun?” balasku
kepada ayah.
Ayah
mencoba membangunkan kakak tapi kakak tidak sadar juga. Ibu juga membangunkan
kakak sambil menangis. Ayah segera membawa kakak ke rumah sakit. Kami semua
ikut membawa kakak ke rumah sakit.
“Bu...
Kakak kenapa Bu?” tanyaku kepada ibu.
“Nggak
tau Nak, mungkin penyakit yang diderita kakakmu kambuh Seperti firasat Ibu
akhir-akhir ini,” balas Ibu sambil menangis.
“Hah?
Penyakit kakak kambuh? Emangnya Kakak punya penyakit apa?” tanyaku dalam hati.
Melihat
ibu dan ayah yang sangat panik, aku mencoba tidak bertanya-tanya tentang
keadaan kakak. Setelah sampai di rumah sakit kakak segera dibawa ke ruangan dan
diperiksa oleh dokter.
Setelah
menunggu cukup lama, dokter keluar dari ruangan tempat kakak diperiksa. Ayah,
ibu, dan aku segara menghampiri dokter dan bertanya soal keadaan kakak.
“Dok,
bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya ayah kepada dokter yang memeriksa
keadaan kakak.
“Kami
sudah berusaha sekuat kami Pak. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, kami tidak
bisa berbuat apa-apa,” balas dokter.
Dokter
segera pergi. Kemudian ayah dan ibu langsung menangis dan aku yang melihat ibu
dan ayah menangis, Aku juga ikut menangis.
“Ibu,
ini ada apa? Kenapa Ayah dan Ibu mengangis? Gimana keadaan Kakak? Baik baik
sajakan, Bu?” tanyaku kepada Ibu.
“Kakak
kamu sudah meninggalkan kita untuk selamanya, Nak,” jawab ibu.
“Maksud
Ibu apa? Kakak meninggalkan kita untuk selamnya...? Hah... maksud Ibu Kakak meninggal?”
tanyaku lagi kepada ibu.
“Iya,
Nak...,”jawab Ibu.
“Nggak
mungkin, Bu...,” ucapku.
“Ayah,
Ibu bohongkan sama Adik?” tanyaku kepada ayah.
“Tidak
Nak, apa yang dibilang Ibumu benar,” jawab ayah sambil menangis.
“Tidak
mungkin, tadi Adik masih melihat kakak sehat-sehat aja kok!” ucapku sambil
menangis.
Lalu,
kami segera memasuki ruangan kakak. Tubuh Kak Chika tergeletak di ranjang.
“Hiks...
Hiks... maafkan Adik, Kak! Maafkan, Adek! Adik bodoh karena selama ini Adek
benci Kakak karena Adik iri kepada Kak! Meskipun selama ini Adik benci sama
Kakak, Adik sayang banget sama Kakak! Adik sayang Kakak selamanya! Maafin Adek
ya Kak kalau selama ini Adik udah jahat sama Kakak! ADEK SAYANG KAKAK SELAMANYA...
!!” ucapku yang sedang memeluk badan kakak sambil menangis.
***
Akhirnya,
aku menyesal karena telah menjadi adik terburuk yang membenci kakaknya hanya
karena kakak lebih dimanja oleh ayah dan ibu.
***
Oleh
karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh iri kepada
seseorang apalagi dengan orang yang kita cintai dan kita sayangi. Jika orang yang
kita cintai dan sayangi sudah meninggalkan kita untuk selamanya, kita akan
menyesal di akhir. Penyesalan datang di akhir.
-SELESAI-
Jangan Lupa Komentarnya Ya Sobat :) makasih ;)