Welcome

Minggu, 07 April 2013

Cerpen



AKU SAYANG KAKAK


 Ayahku pegawai yang bekerja di luar kota, sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga. Aku adalah anak kandung satu-satunya dari ayah dan ibuku. Tapi, sebelum aku lahir, ayah dan ibuku sudah mengadopsi anak. Ibu dan ayah tidak membeda-bedakan aku dengan kakakku karena menurut mereka semua anak adalah sama. Kakak angkatku bernama Chika. Orangnya sangat baik dan penyayang.

***

Tingtong... tingtong... tingtong...
Bunyi bel di rumahku terdengar ketika aku sedang di kamar tidurku. Ketika itu, aku sedang bersih-bersih meja belajar. Aku segera menuju pintu untuk membukakan pintu rumah karena ibu dan kakakku sedang memasak di dapur.
“ Wah, ayah pulang!” ucapku gembira. Setiap ayah pulang dari luar kota, ayah selalu membawa oleh-oleh untukku dan kakakku.
“ Ibu..., Kakak..., ayah pulang!” ucapku sambil berteriak gembira.
Ibu dan kakakku segera menghampiri aku dan ayah yang masih berada di depan pintu rumah.
“Wah, ayah sudah pulang!” ucap kakakku.
“Iya Kak, ayah pulang lebih cepat dari biasannya,” jawabku samabil tertawa kecil.
Aku dan kakak membawa koper ayah.
“Wah, pasti ayah membawa oleh-oleh nih!” ucapku.
“ Iya Dik, ayah sepertinya membawa oleh-oleh banyak,” ucap kakakku yang berada di sampingku.
Kami makan bersama karena ibu dan kakak membuat makanan kesukaan keluarga kami Karena Selera makan kami sama. Setelah makan, kami berkumpul di ruang keluarga.
“ Ayah, oleh-olehnya buatku mana?” tanyaku kepada Ayah yang sedang duduk sambil melihat televisi.
“ Iya, itu di dalam koper Ayah” jawab Ayah.
Lalu Aku segera mengambil koper Ayah dan membawanya ke Ruang Keluarga untuk dibuka bersama. Tenyata Ayah hanya membawakan oleh-oleh baju dan sepatu untuk Kakak.
“Ayah, lalu baju untukku mana?”
“Di dalam koper sayang,” balas ayah.
“Di dalam koper hanya ada baju dan sepatu besar. Ini pasti untuk kakak! Lalu untukku mana, Ayah?” tanyaku lagi kepada ayah.
“Oh Iya, Ayah lupa sayang, kemarin Ayah cepat-cepat karena Ayah ditunggu pimpinan Ayah,” jawab ayah lagi.
“ Ah, Ayah gak asik!” ucapku sambil pergi menuju kamar karena kecewa.
 “Nanti kalo Ayah ada tugas keluar kota lagi, Ayah pasti belikan yang banyak untukmu sayang... tapi kemarin Ayah benar-benar lupa sayang...,” balas Ayah sambil berteriak karena aku pergi menuju kamar tidurku.
“Terserah Ayah saja, aku juga gak butuh gituan!” jawabku sambil kesal kepada ayah.
Di dalam kamar aku merasa sedih dan kecewa kepada Ayah, kenapa hanya kakak yang dibelikan oleh-oleh. Kenapa aku tidak dibelikan. Waktu itu aku mengunci kamar sampai pagi.
 Untung saja pagi itu adalah hari Minggu. Jadi, aku tidak perlu repot pergi ke sekolah. Saat sarapan pagi, aku tidak keluar dari kamarku karena aku masih marah dengan keadaan yang kemarin. Kakakku mengetuk pintu kamarku untuk mengajakku makan bersama. Tapi, aku hanya diam.
“Adik, ayo kita makan bersama. Ayah dan Ibu sudah menunggu kita di ruang makan. Kita tunggu di ruang makan ya, Dik? Buruan dik!” ucap kakak sambil pergi menuju ruang makan.
Aku tidak menjawab ucapan kakak.
Beberapa menit aku ditunggu oleh ayah,ibu dan kakak. Tapi, aku tetap tidak keluar dari kamar. Akhirnya, mereka makan duluan.
“ Kak, Adik mana kok belum keluar?” tanya ibu kepada kakak.
“ Tadi udah Kakak bangunin Bu.” balas kakak.
“ Ya sudah, nanti Adik dilihat ya, Kak!” ucap ayah kepada kakak.
“ Iya, Ayah,” balas kakak.
Setelah selesai, kakak menghampiriku di kamar tidurku.
Toktoktok...
“Dik, Kakak boleh masuk?” tanya kakak.
Berhubung aku tidak menjawab pertannyaan kakak, kakak langsung membuka pintu kamarku karena waktu itu aku lupa mengunci pintu kamarku. Kakak menghampiriku.
“Dik, kenapa tadi kok gak ikut makan sih? tadi Adik ditunggu Ayah loh... Adik marah ya kemarin tidak dibelikan oleh-oleh sama Ayah?” ucap kakak.
“ Iya, Adik kecewa kenapa hanya Kakak yang diberi oleh-oleh sama ayah!” balasku.
“ Oh, masalah itu ya? Kalau gitu oleh-oleh Kakak buat Adik aja deh,” ucap kakak dengan senyuman manis.
“Ah, enggak usah Kak, itukan punya Kakak, itu juga enggak muat buat aku. Itu terlalu besar untuk aku pakai,” balasku.
Lalu kakak merangkulku.
“Aku sayang kamu, Dik!” ucap kakak padaku.
“Aku juga sayang, Kakak!” balasku.
Setelah itu aku kembali dan tidak marah kepada semuanya lagi. Tapi, hari demi hari ayah dan ibu mulai berbeda. Ayah dan ibu membedakan aku dengan kakakku. Mereka lebih perhatian dan memanjakan kakakku. Saat itu juga aku mulai membenci kakakku. Aku iri dengan kakak yang selalu dimanja oleh ayah dan ibu. Setiap kakak berbicara kepadaku, aku selalu menghindar dan hubunganku dengan kakak semakin jauh. Saat aku berada di kamar dan sedang membaca komik, kakakku menghampiriku.
“Adik, Kakak boleh bertanya?” ucap kakak.
Aku hanya diam sambil asyik membaca komik. Akhirnya kakak mengganguku yang sedang asyik membaca komik.
“Ih Kakak, kenapa sih kalo tanya langsung tanya aja gak usah ganggu Adik segala!” jawabku sambil marah.
“ Adik akhir-akir ini kenapa sih kok menghindar dari Kakak?” tanya kakak kepadaku.
“Siapa yang menghindari Kakak?” balasku.
“Adik jangan bohongin Kakak dong... Adik marah sama Kakak?” tanya kakak lagi.
“Ah, pikir aja sendiri, Kak! Adik benci Kakak!” ucapku sambil meninggalkan kakak.
Aku langsung pergi ke rumah temanku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Hanya beberapa menit aku bermain karena Aku bosan. Lalu, Aku kembali pulang dan masuk ke kamar tidurku. Ternyata, kakakku masih berada di kamarku sambil tidur.
“ Kakak... kenapa Kakak nggak tidur di kamar sendiri sih?” tanyaku dengan kesal.
Aku membangunkan kakakku. Tapi, kakakku nggak juga bangun.
Lalu aku memanggil ayah dan ibu.
“Ibu... Ayah... Ayah...” teriakku kepada ayah dan ibu.
Lalu ibu dan ayah segara menuju kamarku.
“Ada apa Nak panggil Ayah dan Ibu sambil teriak kencang seperti itu?” tanya ayah.
“Itu... itu... kakak kenapa? Udah Adik bangunin tapi kakak gak bangun-bangun?” balasku kepada ayah.
Ayah mencoba membangunkan kakak tapi kakak tidak sadar juga. Ibu juga membangunkan kakak sambil menangis. Ayah segera membawa kakak ke rumah sakit. Kami semua ikut membawa kakak ke rumah sakit.
“Bu... Kakak kenapa Bu?” tanyaku kepada ibu.
“Nggak tau Nak, mungkin penyakit yang diderita kakakmu kambuh Seperti firasat Ibu akhir-akhir ini,” balas Ibu sambil menangis.
“Hah? Penyakit kakak kambuh? Emangnya Kakak punya penyakit apa?” tanyaku dalam hati.
Melihat ibu dan ayah yang sangat panik, aku mencoba tidak bertanya-tanya tentang keadaan kakak. Setelah sampai di rumah sakit kakak segera dibawa ke ruangan dan diperiksa oleh dokter.
Setelah menunggu cukup lama, dokter keluar dari ruangan tempat kakak diperiksa. Ayah, ibu, dan aku segara menghampiri dokter dan bertanya soal keadaan kakak.
“Dok, bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya ayah kepada dokter yang memeriksa keadaan kakak.
“Kami sudah berusaha sekuat kami Pak. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” balas dokter.
Dokter segera pergi. Kemudian ayah dan ibu langsung menangis dan aku yang melihat ibu dan ayah menangis, Aku juga ikut menangis.
“Ibu, ini ada apa? Kenapa Ayah dan Ibu mengangis? Gimana keadaan Kakak? Baik baik sajakan, Bu?” tanyaku kepada Ibu.
“Kakak kamu sudah meninggalkan kita untuk selamanya, Nak,” jawab ibu.
“Maksud Ibu apa? Kakak meninggalkan kita untuk selamnya...? Hah... maksud Ibu Kakak meninggal?” tanyaku lagi kepada ibu.
“Iya, Nak...,”jawab Ibu.
“Nggak mungkin, Bu...,” ucapku.
“Ayah, Ibu bohongkan sama Adik?” tanyaku kepada ayah.
“Tidak Nak, apa yang dibilang Ibumu benar,” jawab ayah sambil menangis.
“Tidak mungkin, tadi Adik masih melihat kakak sehat-sehat aja kok!” ucapku sambil menangis.
Lalu, kami segera memasuki ruangan kakak. Tubuh Kak Chika tergeletak di ranjang.

“Hiks... Hiks... maafkan Adik, Kak! Maafkan, Adek! Adik bodoh karena selama ini Adek benci Kakak karena Adik iri kepada Kak! Meskipun selama ini Adik benci sama Kakak, Adik sayang banget sama Kakak! Adik sayang Kakak selamanya! Maafin Adek ya Kak kalau selama ini Adik udah jahat sama Kakak! ADEK SAYANG KAKAK SELAMANYA... !!” ucapku yang sedang memeluk badan kakak sambil menangis.

***

Akhirnya, aku menyesal karena telah menjadi adik terburuk yang membenci kakaknya hanya karena kakak lebih dimanja oleh ayah dan ibu.


***

Oleh karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh iri kepada seseorang apalagi dengan orang yang kita cintai dan kita sayangi. Jika orang yang kita cintai dan sayangi sudah meninggalkan kita untuk selamanya, kita akan menyesal di akhir. Penyesalan datang di akhir.


-SELESAI-




 Jangan Lupa Komentarnya Ya Sobat :) makasih ;)

Rabu, 03 Oktober 2012

Lirik Lagu One Direction - What Makes You Beautiful


You’re insecure
Don’t know what for
You’re turning heads when you walk through the door
Don’t need make up
To cover up
Being the way that you are is enough

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful

So c-come on
You got it wrong
To prove I’m right I put it in a song
I don’t why
You’re being shy
And turn away when I look into your eyes

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful

Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful



Senin, 01 Oktober 2012

Cara Merubah Tampilan Facebook kronologi ke Facebook Lama

Pasti kalian ada yang merasa nyaman dan ada yang merasa tidak nyaman dengan tampilan facebook kronologi. yupss jika kalian tidak suka dengan tampilan facebook kronologi, kalian bisa mengubahnya kembali ke tampilan facebook yang lama. saya akan memberikan cara agar tampilan facebook kronologi kalian berubah menjadi tampilan facebook yang lama dan semoga cara saya bermanfaat :)

Cara Merubah Tampilan Facebook kronologi ke Facebook Lama

1. klik link ini http://timelineremove.com

2. Lalu download, biasanya ada di sebelah kanan yang ada tulisan "Click Here"

3. Pilih Save jika ada pilihan Save atau Discard

4. Setelah selesei di download, pilih install

5. Lalu akan muncul TimeLine Remove dan kalian klik suka pada TR kemudian konfirmasi

6. Lalu akan muncul tampilan pada browser Anda

7. Buka halaman Facebook Anda lalu refresh atau tekan F5



silahkan mencoba :)

Jumat, 28 September 2012

tarian di jawa

JAWA TIMUR : TARI REMO
     Tari remo adalah tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan Ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
     Tata Gerak
Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
     Tata Busana
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.
•    Busana Gaya Surabayan
Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.
•    Busana Gaya Sawunggaling
Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.
•    Busana Gaya Malangan
Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.
•    Busana Gaya Jombangan
Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.
•    Busana Remo Putri
Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu.
     Pengiring
Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.



 JAWA TENGAH : TARI BEDHAYA KETAWANG


  Bedhaya berasal dari bahasa Sanskerta budh yang berarti pikiran atau budi. Dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi bedhaya atau budaya. Penggunaan istilah tersebut dikarenakan tari bedhaya diciptakan melalui proses olah fikir dan olah rasa. Pendapat lain menyatakan bahwa bedhaya berarti penari kraton, sedangkan ketawang berarti langit atau angkasa. Jadi bedhaya ketawang berarti tarian langit yang menggambarkan gerak bintang-bintang, sehingga gerakan para penarinya sangat pelan. 
Tari Bedhaya Ketawang dipercaya merupakan reaktualisasi percintaan Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati (raja pertama Dinasti Mataram Islam). Konon, tari ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kidul bersama Panembahan Senopati. Setelah Panembahan Senopati mengikat janji dengan Kanjeng Ratu Kidul, ia meminta Kanjeng Ratu Kidul datang ke Kraton Mataram untuk mengajarkan tari Bedhaya Ketawang kepada penari-penari kesayangan Panembahan Senapati. Kanjeng Ratu Kidul menyanggupi permintaan tersebut dan setiap hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon) ia hadir di Kraton Mataram untuk mengajarkan tarian tersebut. Selain itu busana dan tata rias penari Bedhaya Ketawang pun diyakini sebagai ciptaan Kanjeng Ratu Kidul.
Berdasarkan kepercayaan tersebut, maka ketika tari Bedhaya Ketawang hendak dipagelarkan harus meminta ijin kepada Kanjeng Ratu Kidul sebagai pemilik tari. Untuk itu dilaksanakan ritual caos dhahar, yang merupakan manifestasi suatu kebaktian dan usaha untuk berkomunikasi dengan roh halus atau dunia gaib. Caos dhahar dilaksanakan 5 kali, yaitu pertama menghadap ke selatan ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul, lalu menghadap ke utara untuk Bathari Durga, menghadap ke barat untuk Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton, dan terakhir kembali menghadap ke selatan untuk berpamitan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Ritual tersebut dilakukan dengan harapan Kanjeng Ratu Kidul akan berkenan hadir dan turut terlibat baik dalam latihan maupun pagelaran yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu, ketika Perjanjian Giyanti membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, Kraton Surakarta meminta tari Bedhaya Ketawang sebagai pertunjukan sakral istana. Sedangkan kraton Yogyakarta, mencipta bedhaya Semang. Bedhaya Ketawang dibawakan oleh 9 penari wanita dan dianggap sebagai induk munculnya jenis tari Bedhaya lainnya. Kesembilan penari tersebut memiliki posisi masing-masing yang disebut sebagai batak, endhel ajeg, endhel weton, apit ngarep, apit mburi, apit meneng, gulu, dhadha, serta boncit. Masing-masing posisi merupakan  suatu simbol, yaitu:
•       Apit mburi: melambangkan lengan kiri 
•       Apit ngarep: melambangkan lengan kanan
•       Apit meneng: melambangkan kaki kiri
•       Batak: mewujudkan jiwa dan pikiran
•       Buncit: mewujudkan organ seks
•       Dadha: melambangkan dada
•       Endhel ajeg: mewujudkan nafsu atau keinginan hati
•       Endhel weton: melambangkan kaki kanan
•       Jangga (gulu): melambangkan leher
     
Keseluruhan penari yang berjumlah 9 orang dipercaya merupakan angka sakral yang melambangkan 9 arah mata angin. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada peradaban Klasik, dimana terdapat 9 dewa yang menguasai sembilan arah mata angin yang disebut juga sebagai Nawasanga, yang terdiri dari: Wisnu (Utara), Sambu (Timur Laut), Iswara (Timur), Mahesora (Tenggara), Brahma (Selatan), Rudra (Barat Daya), Mahadewa (Barat), Sengkara (Barat Laut), dan Siwa (Tengah). Upaya mengejawantahkan 9 dewa penguasa arah mata angin dalam wujud 9 orang penari tersebut merupakan suatu simbol bahwa pada hakekatnya tari Bedhaya Ketawang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam yaitu keseimbangan antara mikrokosmos (jagat kecil) dan makrokosmos (jagat besar). Suatu konsep kosmologi yang telah mendarah daging pada masyarakat Jawa sejak berabad-abad silam.
Sebagai tarian yang sangat sacral, maka para penari Bedhaya Ketawang haruslah seorang gadis yang suci dan tidak sedang haid. Apabila sang penari sedang memperoleh haid, ia tetap diperbolehkan menari dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Kanjeng Ratu Kidul. Untuk itu, harus dilakukan caos dhahar di Panggung Sanggabuwana, suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat pertemuan Sunan dengan Kanjeng Ratu Kidul.
   Selain suci lahiriah yang dimaknai dengan sedang tidak haid-nya seorang penari Bedhaya Ketawang, ia juga dituntut untuk suci secara batiniah. Hal ini dapat dicapai dengan menjalani puasa selama beberapa hari menjelang pagelaran. Dengan menjalani lelaku tersebut diharapkan para penari tersebut dapat membawakan tarian Bedhaya Ketawang dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan ada suatu beban tersendiri pada para penari. Dipercaya bahwa dalam suatu pagelaran Bedhaya Ketawang, Kanjeng Ratu Kidul akan hadir bahkan ikut menari dan apabila ada penari yang kurang baik dalam menari maka ia akan dibawa Kanjeng Ratu Kidul ke Laut Selatan. Kepercayaan ini memberikan suatu motivasi tersendiri bagi para penari, bahwa mereka harus membawakan Bedhaya Ketawang dengan sesempurna mungkin supaya tidak dibawa ke Laut Selatan.
Sebagai penyempurna tampilan para penari, maka beberapa hari menjelang pagelaran, para penari harus mempersiapkan diri antara lain dengan meratus rambut serta kain, melulur tubuh, maupun perawatan tubuh lainnya supaya aura mereka dapat terpancar sempurna sehingga memperkuat aura kesakralan dari tari itu sendiri.
   Sementara itu busana dan tata rias yang dikenakan penari dalam pagelaran tari Bedhaya Ketawang adalah layaknya pengantin putri Kraton Surakarta. Hal tersebut dikarenakan tari Bedhaya Ketawang merupakan reaktualisasi pernikahan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, sehingga busana yang dikenakan haruslah busana pengantin, yang lazim disebut sebagai Basahan. Busana tersebut meliputi kain dodot, samparan, serta sondher. Dodot merupakan kain yang memiliki ukuran 2 atau 2,5 kali kain panjang biasa, hingga panjang dodot bisa mencapai 3,75 hingga 4 meter. Pada masa lalu, kain ini hanya dikenakan oleh raja dan keluarga serta kaum ningrat untuk upacara tertentu, sepasang pengantin keraton, serta penari Bedhaya dan Serimpi.
Sebagaimana pengantin, maka dodot yang digunakan bermotif alas-alasan. Tarian ini memiliki dua penari utama, yaitu batak dan endhel ajeg yang dapat dibedakan dari warna dodot mereka. Meskipun memiliki motif yang sama yaitu alas-alasan, tetapi warnanya berbeda. Batak dan endhel ajeg mengenakan dodot alas-alasan berwarna hijau gelap yang disebut dodot gadung mlathi, sedangkan 7 penari lainnya mengenakan dodot alas-alasan berwarna biru gelap yang disebut dodot bangun tulak.
Kata bangun tulak berasal dari kata bango dan tulak. Bango merupakan nama sejenis burung yang dipercaya memiliki umur yang sangat panjang. Sementara itu tulak berarti mencegah bala atau kejahatan. Versi lain kain alas-alasan adalah gadhung mlathi yang memiliki lapisan bawah berwarna hijau sesuai dengan makna gadhung dan lapisan tengah berwarna putih sebagaimana warna bunga melati. Kain tersebut dikenakan sebagai bentuk penghormatan pada Kanjeng Ratu Kidul, karena dipercaya beliau sangat menyukai warna hijau. Selain itu hijau merupakan simbol kemakmuran, ketentraman, dan rasa ketenangan. Lembaran kain dodot tersebut dihiasi dengan motif alas-alasan, yang berarti rimba raya. Penamaan ini berkaitan dengan elemen-elemen yang membentuk motif tersebut, yaitu penggambaran seisi belantara yang meliputi aneka jenis hewan dan tumbuhan, yaitu:
a.     Ragam hias garuda
b.     Ragam hias kura-kura
c.      Ragam hias ular
d.     Ragam hias burung
e.     Ragam hias Meru
f.     Ragam hias Pohon Hayat
g.     Ragam hias Ayam Jantan
h.     Ragam hias kijang
i.       Ragam hias gajah
j.       Ragam hias burung bangau
k.      Ragam hias harimau
l.       Ragam hias motif kawung

 
Selanjutnya dikenakan sondher, yaitu kain panjang menyerupai selendang yang dikenakan untuk menari. Untuk mendukung tata busana penari Bedhaya Ketawang, maka wajah para penari tersebut juga dirias selayaknya pengantin. Untuk itu pada bagian dahi dilukiskan beberapa bentuk, yaitu:
1. gajahan, bentuk seperti setengah bulatan telur bebek, letak di tengah-tengah dahi  ± 3 cm di atas kedua pangkal alis dengan lebar pada pangkal dahi ± 4 cm. apabila ditarik garis lurus pada ujungnya secara vertical tepat pada ujung hidung. Merupakan lambang kendaraan raja yang menyimbolkan kedudukan luhur, sesuatu yang paling tinggi, paling besar, dan paling baik agar menjadi manusia sempurna.
2. pengapit, berbentuk ngudup kanthil yaitu seperti kuncup bunga kanthil. Bentuk ini terletak pada dahi, mengapit di kanan kiri bentuk gajahan. Kedua ujung pengapit jika ditarik dengan garis lurus akan bertemu di suatu titik antara kedua pangkal alis. Titik yang merupakan pusat dari semua unsur bentuk paes dan disebut cihna. Lebar pengapit pada pangkal dahi ± 2 cm. Merupakan pendamping kiri-kanan, yang menyimbolkan bahwa meskipun sudah menjadi manusia sempurna harus selalu waspada terhadap sifat buruk pendamping kiri. Pendamping kanan sebagai pemomong akan selalu setia mengingatkan melalui suara hati agar tetap kuat dan teguh imannya.
3. penitis berbentuk seperti setengah bulatan telur ayam pada bagian ujung. Bentuk ini mempunyai ukuran lebih kecil dari pada gajahan. Ada dua penitis seperti halnya pengapit, bentuk ini terletak pada bagian luar dari pengapit kanan dan pengapit kiri. Ujung penitis menghadap ke ujung alis. Merupakan symbol kearifan dan harapan agar mempunyai tujuan yang tepat.
4. godheg berbentuk seperti kudhup atau kuncup bunga turi dengan ukuran mirip dengan pengapit. Bentuk ini berada di dekat telinga kanan dan kiri. Pembuatan godheg dimulai dari atas telinga turun melengkung sampai di depan telinga. Melambangkan bahwa manusia harus mengetahui asal usul dari mana ia datang dan ke mana harus pergi. Manusia diharapkan dapat kembali ke asal dengan sempurna.
5. alis penari berbentuk menyerupai tanduk kijang bercabang satu atau disebut menjangan ranggah. Melambangkan bahwa agar dapat mengatasi segala serangan buruk dari beberapa arah harus selalu waspada dan bijaksana atau “tanggap ing sasmita”.
Bentuk-bentuk tersebut dioles dengan lotha yaitu ramuan berwarna hijau yang dibuat dari campuran malam kote, minyak jarak, dan daun dhandhang gula. Pada jaman dahulu ramuan tersebut dibuat dari daun yang berbau wangi, disebut daun dhandhang gendhis, sehingga rias wajah penari tersebut disebut paes dhandhang gendhis.
   Sebagaimana pengantin, maka rambut para penari Bedhaya Ketawang juga disanggul, yang disebut sebagai sanggul bokor mengkurep. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai bokor yang tengkurap. Sanggul ini ditutup dengan rajutan melati dan dihias  dengan bunga tiba dhadha yang dibuat dari roncean melati berbentuk bulat panjang sampai tengah paha. Keanggunan dan keagungan tata busana dan rias tersebut ditunjang dengan pemakaian seperangkat perhiasan yang biasa dikenakan pengantin, yang disebut raja keputren, meliputi cundhuk jungkat, centhung, subang, 9 buah cundhuk mentul, garuda mungkur, kalung, kelat bahu, slepe, serta cincin.






JAWA BARAT : TARI JAIPONG

Tari Jaipongan adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.
Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.
Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.





Sabtu, 15 September 2012

Puisi Gunung

Gunung...
Engaku sangat indah ketika ku lihat...
Engkau sangat menarik ketika ku pandang....

Daun-daun di pohon melambai-lambai tertiup angin....
Bagai mengucap salam perpisahan kepadaku....
Keelokanmu yang dulu pernah ku lihat...

Kini menjadi hilang....
Sekarang kini aku tak bisa melihat hijau daunmu seperti dulu yang pernah aku lihat.....
Kini suara burung yang selalu aku dengar saat aku bermain disana kini menjadi hilang....

Gunung....
Aku ingin engkau kembali seperti dahulu yang selalu indah dan menarik...